MANAJEMEN KERACUNAN MAKANAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh:
DIYAH PURNAMA DEWI
P1337420714027
POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
PRODI D IV KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam
tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Pertolongan
terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan
dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru
mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk
mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi
keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat,
cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan
keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Di
sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis
dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular
terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah
dilakukan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan
kedaruratan pada pasien dengan keracunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik
yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak
disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud
tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.
Racun adalah zat yang ketika
tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam
tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung
departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
B. Penyebab dan
Jenis Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena
berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat
menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1.
Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan
media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang
mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan
manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan
makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri
yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis
makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:
a.
Keracunan
botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman
yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya.
Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan
membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak
dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul
secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu
berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak
lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan
serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang
penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan,
makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air
sampai mendidih.
b.
Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa
menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala
tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak
ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya
dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air),
atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim
penderita ke rumah sakit.
c.
Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena
terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang
diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara
penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit
pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan
kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air
kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan
yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat
penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan
yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
d.
Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan
keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan
itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira
20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di
sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan
agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan
pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan
binatang-binatang laut itu tidak ada.
e.
Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam
biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun,
dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja
sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong,
gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
2.
Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak
tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah:
Terutama pada anak-anak < 6
tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
2) Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3) Pria > wanita
4) Umumnya terjadi karena kelalaian orang
tua
Gejala dan Tanda
Gejala dan
tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS.
Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun
jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan,
dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin
mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk
lethargi, koma, dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial
fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan
sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia,
efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus
emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi
paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada
mata hingga kerusakan permanen mata.
Komplikasi
Efek toksis
terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada binatang
menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan.
Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas
yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas
pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel
jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml
dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena
aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu,
jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan - sedang,
karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas
eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam
jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat
urine.
Penatalaksanaan
a.
Monitor sistem respirasi
b.
Inhalasi oksigen
c.
Nebulisasi dengan Salbutamol : bila
mulai timbul gangguan napas
d.
Antibiotika : bila telah timbul
infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
e.
Hidrokortison : dulu
direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
f.
Kumbah lambung dan charcoal aktif
(arang): beberapa literatur menolak penatalaksanaan dengan kumbah lambung,
dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan
literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup
banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
g.
Antasida: untuk mencegah iritasi
mukosa lambung
h.
Pemberian susu atau bahan dilusi
lain
i.
Bila terjadi gagal napas, dapat
dilakukan ventilasi mekanik (Positive End Expiratory Pressure / PEEP)
3.
Baygon
Baygon
adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan
propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah
sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid,
aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala
keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis,
fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram
otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal.
Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
a.
Efek muskarinik (parasimpatik)
berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial,
Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut.,
Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b.
Efek nikotinik berupa: fasikulasi
otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
c.
Efek SSP berupa: sakit kepala,
bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.
d.
Efek pada
kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis
dan menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
a.
General Management
1)
Airways: jaga jalan nafas, bersihkan
dari bronchial sekresi.
2)
Breathing:
beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
3)
Circulation: pasang IV line, pantau
vital sign.
b.
Spesifik terapi
1)
Bilas lambung ( 100-200 ml ),
diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
2)
Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25
– 100 gr dalam 300-800 ml.
c.
Pharmacologik terapi
Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV
setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau
1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam.
Pertahankan selama 24-48 jam.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila
kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul.
4.
Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya
melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian,
produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus
diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan Kimia
|
Penjelasan
|
Potensi Bahaya Kesehatan
|
AgNO3
|
Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang
yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
|
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
|
HCl
|
Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan kepekatan
tinggi.
|
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
|
H2S
|
Senyawa ini mudah terbakar dan beracun
|
Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan,
bahkan kematian.
|
H2SO4
|
Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik
dan dapat merusak jaringan tubuh
Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya. |
Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan
paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak
dengan mata menyebabkan kebutaan.
|
NaOH
|
Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2.
|
Dapat merusak jaringan tubuh.
|
NH3
|
Senyawa ini mempunyai bau yang khas.
|
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan
saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5%
(v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan.
|
HCN
|
Senyawa ini sangat beracun.
|
Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan kematian.
|
HF
|
Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.
|
Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.
|
HNO3
|
Senyawa ini bersifat korosif.
|
Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan
kematian.
|
Berikut
adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan
pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun
|
Pertolongan Pertama
|
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4),
fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric
acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah
bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau
putih telur yang dikocok dengan air.
|
Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia
diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue. |
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida (NH4OH), Kalium
hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain.
|
Bila tertelan berilah asam asetat encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
(1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur.
|
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain
|
Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau
putih telur.
|
Pestisida
|
Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM
|
Garam Arsen
|
Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.
|
C. Manifestasi
Klinis
Ciri-ciri
keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik,
tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi
perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas
seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint),
muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah
tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran
pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan
hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Awitan)
|
Gejala Utama
|
Jasad Renik/Toksin
|
Gejala
Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
|
||
< 1 jam
|
Mual,
muntah, rasa yang tak lazim di mulut, mulut terasa panas
|
Garam
logam
|
1-2 jam
|
Mual,
muntah, sianosis, sakit kepala, pusing, sesak nafas, gemetar, lemah, pingsan.
|
Nitrit
|
1-6 jam
(rerata 2-4)
|
Mual,
muntah, diare, nyeri perut.
|
Staphylococcus
Aureus dan
enterotoksinnya
|
8-16 jam
(2-4 muntah)
|
Muntah,
kram perut, diare, rasa mual.
|
Bacillus
Cereus.
|
6-24 jam
|
Mual,
muntah, diare, rasa haus, pelebaran pupil, pingsan, koma.
|
Jamur
berjenis Amanita.
|
Radang
Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
|
||
12-72 jam
|
Radang
tengorokan, demam, mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
|
Streptococcus
Pyogene
|
2-5 hari
|
Radang
tengorokan dan hidung, eksudat berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar getah bening leher.
|
Corynebacterium
diphtheria
|
Gejala
Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
|
||
2-36 jam
(rerata 6-12)
|
Kram
perut, diare, diare yang disebabkan Clostridium perfringens,
kadang-kadang rasa mual dan muntah
|
C.
perfringens; B. cereus; S; faecalis; S. faecium
|
12-72 jam
(rerata 18-36)
|
Kram
perut, diare, muntah, demam, mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala,
kadang-kadang diare berdarah dan berlendir, lesi kulit yang disebabkan Vibrio
vulnificuis. Yersinia enterocolitica menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.
|
Salmonella
spp (termasuk
S. Arizonae), E. coli enteropatogenik, dan Enterobakteriacae, V.
cholera (01 dan non-01), vulvinicus, V. fluvialis.
|
3-5 hari
|
Diare,
demam, muntah dengan nyeri perut, gejala saluran nafas
|
Virus-virus
enterik
|
1-6 minggu
|
Diare
lengket (tinja berlemak), sakit perut, berat badan menurun
|
Giardia
lamblia
|
1-beberapa
minggu
|
Sakit
perut, diare, sembelit, sakit kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala
|
Entamoeba
hystolitica
|
3-6 bulan
|
Sulit
tidur, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit perut, kadang
gastroenteritis
|
Taenia
sanginata dan taenia solium
|
Gejala
Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
|
||
< 1 jam
|
Gastroenteritis,
cemas, penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias
berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil mengecil,
bernafas seperti orang asma.
|
Fosfat
organic
Jamur
jenis muscaria
|
1-6 jam
|
Rasa baal
atau gatal, pusing, pucat, pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata terfiksasi,
reflek hilang, kedutan, paralisis otot.
Rasa baal
atau gatal, gastroenteritis, pusing, mulut kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot.
|
Tetrodotoxin
Ciguatoxin
|
2 jam-6
hari (12-36 jam)
|
Rasa mual,
muntah, rasa (geli) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan,
berat badan menurun, bingung.
Vertigo,
pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang, sulit menelan, berbicara
dan bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan.
|
Chlorinated
hydrocarbon
Clostridium
botulinum dan
toksinnya.
|
>72 jam
|
Rasa baal,
kaki lemah, paralisis, spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis,
nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
|
Air raksa
organic
Triortrocresyl
phosphate.
|
Terjadi
Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
|
||
< 1 jam
|
Sakit
kepala, pusing, mual, muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa
terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit.
Rasa baal
disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual.
Kemerahan,
rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah.
|
Scombrotoxin
(histamine)
Monosodium
glutamate (MSG)
Asam
nikotinat
|
Gejala
Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
|
||
0,5-2 jam
|
Rasa
seperti digaruk (geli), terbakar, baal, mengantuk, bicara inkoheren,
paralisis pernafasan.
|
Saxitoxin
(paralytic shelifish poisoning: PSP)
|
2-5 menit
sampai 3-4 jam
|
Sensasi
panas dan dingin bergantian, rasa geli; baal disekitar bibir, lidah dan
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah.
|
Brevetoxin
(neurotoxic shelifish poisoning: NSP)
|
30 menit
sampai 2-3 jam
|
Rasa mual,
muntah, diare, sakit perut, mengigil, demam.
|
Dinophysis
toxin, okadaic acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)
|
24
jam (gastrointestinal) sampai 48 jam (neurologis)
|
Muntah,
diare, sakit perut, bingung, hilang ingatan, deisorientasi, kejang dan koma.
|
Domoic
Acid (Amnestic shelifish poisoning: ASP)
|
Gejala
Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe)
|
||
4-28 hari
(rerata 9 hari)
|
Gastroenteritis,
demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah, sulit
bernafas.
|
Trichinella
spiralis
|
7-28 hari
(rerata 14 hari)
|
Lemah yang
hebat, sakit kepala, sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit,
sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah.
|
Salmonella
typhi
|
10-13 hari
10-50 hari
(rerata 25-30)
|
Demam,
sakit kepala, nyeri otot, kemerahan.
Demam,
lemah-lesu, tak ada nafsu makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus).
|
Toxoplasma
gondii
Mungkin
virus
|
Bervariasi,
bergantung pada tipe penyakit
|
Demam,
mengigil, sakit kepala atau sendi, lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah
bening, dan gejala yang khas untuk penyakit lain.
|
Bacillus
anthracis, brucella melitensis, B. abortus, B. suis, coxiella bernetti,
francisella tularensis, listeria monocytogenes, M. tuberculosis,
mycobacterium sp, pasteurella multocida, streptobacillus moniliformis,
campylobacter jejuni, leptospira SSP.
|
D. Mengatasi
Efek dan Gejala Keracunan
Efek dan
gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik
setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau
keduanya.
1.
Lokal
Racun yang bersifat korosif akan
merusak atau mengakibatkan luka pada selaput lendir atau jaringan yang terkena.
Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan
organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif
dan iritan.
2.
Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal,
biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan
mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan,
kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala
yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan,
pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem
saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau
menghentikan penyerapan racun:
a.
Racun melalui mulut (ditelan /
tertelan)
1)
Encerkan racun yang ada di lambung
dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2)
Kosongkan lambung (efektif bila
racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
a)
Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan
cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam
atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh
dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin),
kesadaran menurun dan penderita kejang.
3)
Bilas lambung:
a)
Pasien telungkup, kepala dan bahu
lebih rendah.
b)
Pasang NGT dan bilas dengan : air,
larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
c)
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata
volume 250 cc.
d)
Kontraindikasi : keracunan zat
korosif & kejang.
e)
Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar,
klisma (air sabun atau gliserin).
b.
Racun melalui melalui kulit atau
mata
1)
Pakaian yang terkena racun dilepas
2)
Cuci / bilas bagian yang terkena
dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3)
Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c.
Racun melalui inhalasi
1)
Pindahkan penderita ke tempat aman
dengan udara yang segar.
2)
Pernafasan buatan penting untuk
mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to
mouth.
d.
Racun melalui suntikan
1)
Pasang torniquet proximal tempat
suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15
menit selama 1 menit
2)
Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4
mg subkutan/im.
3)
Beri kompres dingin di tempat
suntikan
e.
Mengeluarkan racun yang telah
diserap
Dilakukan dengan cara:
1)
Diuretic: lasix, manitol
2)
Dialisa
3)
Transfusi exchange
E. Penatalaksanaan
Kedaruratan Keracunan
Tujuan
tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum
diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ
vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum
kedaruratan keracunan antara lain:
1.
Dapatkan kontrol jalan panas,
ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada kerusakan
serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2.
Coba untuk menentukan zat yang
merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan
riwayat kesehatan yang tepat.
3.
Tangani syok yang tepat.
4.
Hilangkan atau kurangi absorbsi
racun.
5.
Berikan terapi spesifik atau
antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin.
6.
Dukung pasien
yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak
adekuat.
7.
Bantu dalam
menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan, yaitu:
a.
Diuresis untuk
agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
b.
Dialisis Hemoperfusi (proses
melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an
adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah
dikembalikan ke pasien
8.
Pantau tekanan
vena sentral sesuai indikasi.
9.
Pantau
keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai
untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien komplikasi
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
F. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Keracunan
1.
Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat
keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang
ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2.
Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan
meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah
penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi sirkulasi:
a.
Airway, breathing, circulating,
eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan dengan cara kumbah
lambung, emesis, atau katarsis.
b.
Berikan anti
dotum sesuai anjuran dokter minimal
2 x 24 jam.
Perawatan
suportif meliputi:
a.
Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan
nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda
lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.
b.
Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.
c.
Catat
tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai anjuran dokter.
d.
Jika pernafasan
depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan.
e.
Jika keracunan
sebagai usaha untuk membunuh diri maka
lakukan safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri
klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi,
psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika
tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh
dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah
menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan
perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum
spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat
eliminasi racun terabsorbsi.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri.
(2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari: http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/. Diakses
tanggal 30 januari 2017.
Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio).Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/.
Diakses tanggal 30 januari 2017
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan
Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer,
Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.
Syamsi.
(2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada
Pasien Dengan Gigitan Serangga.Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html. Diakses tanggal 30 januari 2017