MAKALAH HUKUM TUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUGAS
PERAWAT

Di susun oleh :
Diyah Purnama
Dewi
P1337420714027
PRODI KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dan dapat dibaca oleh semua pihak ataupun kalangan.
Makalah ini disusun dengan berbagai sumber yaitu media cetak , media elektronik dan berbagi media pendukung lainnya. Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu sebagai tugas kuliah ,menanbah pengetahuan dibidang agama islam ”HUKUM TUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TUGAS PERAWAT ”. Penyusunan makalah ini berusaha merangkum semua yang berhubungan dan memberikan gambaran bahan kuliah dengan harapan agar semua mahasiswa lebih dapat memahami.
Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
Magelang, 11 September 2015
Diyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran agama dalam keperawatan sngatlah pening untuk dibahas, karena sangat
berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan kita
juga mengenal tentang kebutuhan spiritual. Tapi kali ini saya hanya ingin
membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual,
tetapi yang berhubungan dengan hokum
tuhan atau pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam cabang ilmu keperawatan tentu
sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan.
Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan
dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan,
yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa
yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai
dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda
dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa
pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan
etika keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan
dibangku kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan,
karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat
besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah
agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan
kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya
formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang
tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan dalam
Islam?
2. Apa pengertian keperawatan dalam (Kristen Protestan dan Katolik)?
3. Apa pengertian keperawatan dalam
Hindu?
4. Apa pengertian keperawatan dalam
Budha?
5. Apa pengertian keperawatan dalam
Kong Hu Cu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
keperawatan dalam Islam?
2. Untuk mengetahui pengertian
keperawatan dalam Kristen (Protestan dan Katolik)?
3. Untuk mengetahui pengertian
keperawatan dalam Hindu?
4. Untuk mengetahui pengertian
keperawatan dalam Budha?
5. Untuk mengetahui pengertian
keperawatan dalam Kong Hu Cu?
1.4 Manfaat
1.
Mengetahui akan
manfaat dari peran agama dalam keperawatan dari segi masinmg-masing agama.
2.
Bisa
menerapakan peran-peran agama dalam keperawatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem (ZaidinAli , 2002,).
Menurut Gaffar (1995) peran perawat
adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Agama adalah keyakinan yang dianut
oleh individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai
seorang petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang
sangat mulia.
Peran agama
dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu hal
ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak
benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin
membagi ide atau pemikiran saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual,
tetapi yang berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Saat ini institusi pendidikan keperawatan sedang menjamur, sebagian besar
mengaku ingin mencetak tenaga siap pakai, terampil dan memiliki akhlak. Karena
tujuannya termasuk mencetak tenaga keperawatan yang berakhlak maka mata kuliah
agama tentu saja menjadi wajib mendapat perhatian. Hal ini tentu saja adalah
hal yang baik, karena kita semua tentu tidak mau keperawatan diisi oleh
orang-orang yang bermental rusak.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
Yang menjadi pertanyaan apakah yang selama ini diajarkan telah sesui dengan kebutuhan dunia keperawatan? Apakah yang kita harapkan dari mengajarkan agama pada mahasiswa keperawatan, apakah itu cukup atau dipakai dalam kehidupan profesionalnya sebagai perawat? dan banyak pertanyaan lagi yang mugkin dapat timbul dan kita pikirkan pemecahannya.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah cukup? Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah?
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.
Hak dan kewajiban perawat dengan
pasien
1.
Kewajiban petugas keperawatan
a)
Melaksanakan tugas sesuai dengan
tugas sumpah jabatan
b)
Memberikan pelayanan dengan baik
c)
Menetapkan tariff yang terjangkau
oleh masyarakat
d)
Mengusahakan keringanan biaya
e)
Melindungi pasien dari sasaran
propaganda agama lain
2.
Hak petugas keperawatan
a)
Mendapatkan gaji dan honor
b)
Mendapatkan penghargaan yang layak
dari pemerintah setempat
c)
Mendapatkan perlindungan hukum
d)
Melindungi pasien dari ancaman luar
kehidupan keselamatan jiwanya.
2.2
Tujuan Keperawatan
Peran perawat
yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang
diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan
tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu.
1. Memberikan pelayaran keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai diagnosis masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah
yang kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks
sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan
sugnifican dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk
mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada
masalah psikologis.
2.3 Konsep
Agama dalam Keperawatan
1.
Peran
Keperawatan dalam Islam
Islam adalah salah satu agama yang
diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia
sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang
benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an
untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi
Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu
tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang –
orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi
belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang
terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.
Islam sangat menyarankan untuk selalu
menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita
untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk
beribadah kapada-Nya.
Islam menaruh perhatian yang besar
sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit
dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan
apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu
sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia, makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang
yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan
kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan
saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang
halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari
isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah
memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni
masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan
al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga
menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab
kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari
iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan,
seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di
sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan
kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan
hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari
perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan
kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu
mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad dan
ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena sumber penyakit dan
kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan.
Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan
perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga
seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena
kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan
peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga
kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor
eksternal yang di luar kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor
alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh
global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu
Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan
jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak
diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
2. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama Kristen
juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama
merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang.
Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang
bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu
dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.
Tindakan medis
dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang
dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan
yang kita inginkan.
2.
Perkembangan
keperawatan dalam Agama Budha
Agama budha
mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup tanpa
terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama
budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas
pelayanan perawat.
3.
Perkembangan
Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam
ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk
membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia.
Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana
pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi
kelaut.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Perspektif
Keperawatan
Mengingat kompleksnya faktor
pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari.
Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan
secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan
diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI,
l990: 504). Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku
antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas
tertentu.
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu
upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan
peningkatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan
individual antara para ahli pelayanana medis dengan individu yang
membutuhkannya.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan
lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan dengan kelompok
masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan medis lebih bersifat
hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter,
paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan
pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja profesional dan
tidak materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di
atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni mencegah
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan
kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi
kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau
menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan,
atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik,
seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik, memang bisa saja
memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada
masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan
institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan
para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak
akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
3.2 Mulianya
Profesi Perawat
Perintah untuk berobat, peringatan
terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit
menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa
baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para
perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di
bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta
individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia
dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan
perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab
fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan
pengobatan.
Berkaitan dengan ini pengadaan
praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama kepada masyarakat, yang
disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk melayani
kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap
orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status
sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa
akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam
hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.Kesehatan harus
menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan,
dokter dan perawat sebagai pelayannya.
Status istimewa harus diberikan kepada
pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang
pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena
kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan
perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah
bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya,
melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu
mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan
kecemasan.
Ajaran-ajaran normatif agama
tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis, melainkan sudah
pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa awal
perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang
keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama
di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik
karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama
Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui
sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale
sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai
“Nightingale” dalam Islam.
3.3 Kesiapan
Mengabdi Masyarakat
Sekarang sejumlah akademi dan perguruan
tinggi semakin banyak membina mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi
keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut gembira, sebab tenaga keperawatan
di daerah kita, apalagi di perdesaan dan pedalaman masih sangat kurang.
Pertama, hendaklah profesi
keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang sebenarnya.
Kedua, dalam menjalankan tugas
keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan, kehati-hatian dan
kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul. Seringnya
mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan pelajaran bagi
segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan
cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada
yang perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam
memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai bidang
keahliannya.
Ketiga, para perawat hendaknya lebih
proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada masyarakat, tidak pasif menunggu
orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua mengetahui bahwa UNDP setiap
tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human development index (HDI),
di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding bangsa-bangsa di
dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah satu
indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas
kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah.
Mereka ini baru berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya
parah. Oleh karenanya, para perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan,
sehingga potensi penyakit di masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam
pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah daripada mengobati.
3.4 Kaidah dan
Etika 5 Agama di Indonesia yang Berhubungan dengan Kesehatan
a.
Islam
Keinginan tersebut semakin
menguat setelah penulis membaca buah pikir seorang intelektual terkemuka dan
kontroversial asal Mesir, Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa peradaban Barat
yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang disembunyikannya dan
tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos
adalah rasialisme yang terpendam dalam kesadaran Barat. Rasialisme inilah yang
menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat diklaim sebagai
pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia. Sikap rasial
ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa
yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian,
terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham),
India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi,
2000).
Selama seribu tahun, peradaban Islam
telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke Selatan Cina. Dari abad ke-7
dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu pengetahuan dari
tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka dengan pengetahuan
kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan besar yang
membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad selanjutnya
Selain pasien mendapatkan obat-obatan
secara gratis dan diperlakukan dengan baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini
didirikan pula sebuah perpustakaan medis besar yang lengkap, sarana kebersihan
seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara laki-laki dan wanita. Begitu
pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila) ditempatkan dalam
ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada
saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada
perkembangan ilmu jiwa.
Selama ini pula perawat Indonesia
khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang
mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi
litelature barat.
Sejarah islam juga mencatat beberapa
nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman,
Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal
sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu
Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain
menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad
SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah
binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al
Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif,
menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya
tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan
hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak
lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan
mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang
bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Kita tidak bisa lagi memisahkan agama
dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak
ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu
keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami
prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat
dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama
Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara timur tengah, konteks
keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam,
budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang
islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari
pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat,
keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga
terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam
harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit,
perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap
mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh
Rufaida binti Sa'ad.
b. Kristen Protestan dan Katolik
Kaidah dan etika agama yang berhubungan
dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki persamaan walaupun agama yang
dijadikan kepercayaan tersebut memiliki perbedaan.Pada hakikatnya setiap agama
akan mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan yang sama.
Kesehatan merupakan bagian terpenting
dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan optimal. Karena menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak
dulu gereja telah secara aktif mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
Dari situ kemudian muncullah keinginan
untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah bersama. Setelah
melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada tahun
1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia
(PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada
di RS PGI Cikini, Jakarta.
PELKESI memiliki visi mewujudkan
pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi
semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan
menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial,
ekonomi dan spiritual.
c. Hindu
Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar
pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab
umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan.
Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut
Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan
disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian
dari kelompok kitab Upa Veda.
Sementara kitab Upa Veda ini sendiri
termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda,
kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari
kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda
hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah
yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.
Sementara itu, menurut Gede Suwindia,
dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan.
Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang
ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada
banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama
dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai
alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
d. Budha
Buddha Dhamma berperan besar dalam
memecahkan kesulitan para ahli tentang kesehatan mental, Buddha menunjukkan
bahwa setiap orang secara terus-menerus mendengarkan suatu suara dalam dirinya
dan menafsirkan apa yang sedang dirasakannya.
Keseluruhan terapi Buddhis
menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas delapan, yang
merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini mencakup
prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori
filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana)
dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa
kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik
terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang
merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi
adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna
dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang
jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan
sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan
keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya.
Dengan begitu apabila tubuh ini
ingin tetap sehat hendaknya menyadari segala bentuk-bentuk pikiran emosi-emosi
yang timbul dalam diri. Yang dimaksud dengan bentuk pikiran yang menyebabkan penderitaan
karena mempunyai beberapa hal yaitu : (1). Keserakahan, (2). Harga diri yang
terluka, (3). Iri hati, (4). Kebencian, (5). Kekuatiran (Ruth Walshe,
alih bahasa Upi. Ksantidewi).
Tri Ratna adalah obyek penghormatan
tertinggi dalam agama Buddha yang merujuk pada Buddha (sebagai pendiri agama
Buddha), Dhamma (ajaran-ajaran Buddha), dan Sangha (siswa Buddha yang telah
memahami dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha).
e. Kong Hu Cu
Secara teori ajaran agama untuk
kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian hidup abadi/bersatu dengan
alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme, menjaga hubungan antar
manusia serta manusia dengan langit.
Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha
di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe mungkin disebabkan karena
inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga hubungan antar sesama (dengan
agama lain) dan dengan langit (Buddha).
Pada abad ke-10 sampai ke-12
masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya maka sering
terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap
sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia:
Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Peran agama dalam keperawatan sangat
berpengaruh, disini agama dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam
melakukan suatu tindakan terhadap klien oleh karena itu pemahamaan tentamg
peranan agama sangat penting dan pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan
dimana nilai spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan
demikian setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional yang baik
dalam setiap penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan
ketika merespon sebuah situasi yang sulit.
4.2
Saran
Perawat diharapkan memahami
betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena perawat dituntut untuk
bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama.
Kami sebagai penulis
makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami
pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama Dalam
Keperawatan.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga
makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan
makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.
Demikianlah penjelasan
tentang Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada salah dalam
penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat bermanfaat bgi
kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar