Senin, 30 Januari 2017

MAKALAH MANAJEMEN KERACUNAN MAKANAN



MANAJEMEN KERACUNAN MAKANAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Hasil gambar untuk logo poltekkes semarang
Disusun oleh:
                                                               DIYAH PURNAMA DEWI

P1337420714027
POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI D IV KEPERAWATAN MAGELANG
TAHUN 2017



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun  merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.
B.     Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.

B.     Penyebab dan Jenis Keracunan
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1.      Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan, antara lain:
a.        Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b.      Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c.       Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
d.      Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan:  usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e.       Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
2.      Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah:
Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara berkembang.
2)        Daerah perkotaan > daerah pedesaan
3)        Pria > wanita
4)        Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga kerusakan permanen mata.
Komplikasi
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
Penatalaksanaan
a.       Monitor sistem respirasi
b.      Inhalasi oksigen
c.       Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
d.      Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
e.       Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
f.       Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
g.      Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung
h.      Pemberian susu atau bahan dilusi lain
i.        Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End Expiratory Pressure / PEEP)
3.      Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
a.          Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b.          Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
c.          Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan depresi pernafasan.
d.          Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis dan menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
a.       General Management
1)      Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
2)       Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
3)      Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
b.      Spesifik terapi
1)      Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
2)      Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.
c.       Pharmacologik terapi
Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul.
4.      Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan Kimia
Penjelasan
Potensi Bahaya Kesehatan
AgNO3
Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
HCl
Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan kepekatan tinggi.
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
H2S
Senyawa ini mudah terbakar dan beracun
Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4
Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan organik dan dapat merusak jaringan tubuh
Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya.
Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis, sedangkan kontak dengan mata menyebabkan kebutaan.
NaOH
Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2.
Dapat merusak jaringan tubuh.
NH3
Senyawa ini mempunyai bau yang khas.
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat menyebabkan kebutaan.
HCN
Senyawa ini sangat beracun.
Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian.
HF
Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.
Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.
HNO3
Senyawa ini bersifat korosif.
Dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun
Pertolongan Pertama
Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok dengan air.
Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain.
Bila tertelan berilah asam asetat encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat (1%), atau air jeruk. Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain
Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau putih telur.
Pestisida
Minum air kelapa, susu, vegeta, norit, suntikan PAM
Garam Arsen
Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.

C.    Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Awitan)
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam
Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, mulut terasa panas
Garam logam
1-2 jam
Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, pusing, sesak nafas, gemetar, lemah, pingsan.
Nitrit
1-6 jam (rerata 2-4)
Mual, muntah, diare, nyeri perut.
Staphylococcus Aureus dan enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 muntah)
Muntah, kram perut, diare, rasa mual.
Bacillus Cereus.
6-24 jam
Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran pupil, pingsan, koma.
Jamur berjenis Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam
Radang tengorokan, demam, mual, muntah, pengeluaran secret dari hidung, terkadang ruam kulit.
Streptococcus Pyogene
2-5 hari
Radang tengorokan dan hidung, eksudat berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri tengorokan, lemah, sulit menelan, pembengkakan kelenjar getah bening leher.
Corynebacterium diphtheria



Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6-12)
Kram perut, diare, diare yang disebabkan Clostridium perfringens, kadang-kadang rasa mual dan muntah
C. perfringens; B. cereus; S; faecalis; S.  faecium

12-72 jam (rerata 18-36)
Kram perut, diare, muntah, demam, mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, kadang-kadang diare berdarah dan berlendir, lesi kulit yang disebabkan Vibrio vulnificuis. Yersinia enterocolitica menyebabkan gejala yang menyerupai flu apendisitis akut.
Salmonella spp (termasuk S. Arizonae), E. coli enteropatogenik, dan Enterobakteriacae, V. cholera (01 dan non-01), vulvinicus, V. fluvialis.
3-5 hari
Diare, demam, muntah dengan nyeri perut, gejala saluran nafas
Virus-virus enterik
1-6 minggu
Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, berat badan menurun
Giardia lamblia
1-beberapa minggu
Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, mengantuk, kadang tanpa gejala
Entamoeba hystolitica
3-6 bulan
Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit perut, kadang gastroenteritis
Taenia sanginata dan  taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam
Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat, gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil mengecil, bernafas seperti orang asma.
Fosfat organic



Jamur jenis muscaria

1-6 jam
Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis otot.
Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, pusing, mulut kering, otot nyeri, pupil melebar, pandangan kabur, paralisis otot.
Tetrodotoxin





Ciguatoxin

2 jam-6 hari (12-36 jam)
Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu makan, berat badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau diplobia, reflek cahaya hilang, sulit menelan, berbicara dan bernafas; mulut kering, lemah, paralisis pernafasan.
Chlorinated hydrocarbon




Clostridium botulinum dan toksinnya.
>72 jam
Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan tangan jatuh.
Air raksa organic



Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam
Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, muka sembab dan merah, sakit perut, gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit  kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, edema lutut dan wajah.
Scombrotoxin (histamine)




Monosodium glutamate (MSG)


Asam nikotinat
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam

Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, mengantuk, bicara inkoheren, paralisis pernafasan.
Saxitoxin (paralytic shelifish poisoning: PSP)
2-5 menit sampai 3-4 jam
Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa geli; baal disekitar bibir, lidah dan tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, muntah.
Brevetoxin (neurotoxic shelifish poisoning: NSP)

30 menit sampai 2-3 jam
Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, mengigil, demam.
Dinophysis toxin, okadaic acid, pectenotoxin, yessotoxin (Diarrheic shelifish poisoning:DSP)
24 jam  (gastrointestinal) sampai 48 jam (neurologis)
Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang ingatan, deisorientasi, kejang dan koma.
Domoic Acid (Amnestic shelifish poisoning: ASP)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 hari)

Gastroenteritis, demam, edema disekitar mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil, lemah, sulit bernafas.
Trichinella spiralis
7-28 hari (rerata 14 hari)
Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit kepala, demam, batuk, mual, muntah, sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah dikulit, tinja berdarah.
Salmonella typhi
10-13 hari

10-50 hari (rerata 25-30)
Demam, sakit kepala, nyeri otot, kemerahan.
Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, mual, sakit perut, kuning (ikterus).
Toxoplasma gondii

Mungkin virus

Bervariasi, bergantung pada tipe penyakit
Demam, mengigil, sakit kepala atau sendi, lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah bening, dan gejala yang khas untuk penyakit lain.
Bacillus anthracis, brucella melitensis, B. abortus, B. suis, coxiella bernetti, francisella tularensis, listeria monocytogenes, M. tuberculosis, mycobacterium sp, pasteurella multocida, streptobacillus moniliformis, campylobacter jejuni, leptospira SSP.

D.    Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.
1.      Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
2.      Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah  atau menghentikan penyerapan racun:
a.       Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1)      Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit)
2)      Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
a)      Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
3)      Bilas lambung:
a)      Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
b)      Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
c)      Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
d)     Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
e)      Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin).
b.      Racun melalui melalui kulit atau mata
1)      Pakaian yang terkena racun dilepas
2)      Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
3)      Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c.       Racun melalui inhalasi
1)      Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2)      Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d.      Racun melalui suntikan
1)      Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2)      Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3)      Beri kompres dingin di tempat suntikan
e.       Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1)      Diuretic: lasix, manitol
2)      Dialisa
3)      Transfusi exchange

E.     Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
1.      Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2.      Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3.      Tangani syok yang tepat.
4.      Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5.      Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin.
6.      Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7.      Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan, yaitu:
a.       Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
b.      Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien
8.      Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9.      Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10.  Menurunkan peningkatan suhu.
11.  Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12.  Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13.  Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien komplikasi
14.  Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15.  Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

F.     Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan
1.      Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2.      Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi sirkulasi:
a.       Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
b.      Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2 x 24 jam.
Perawatan suportif  meliputi:
a.      Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.
b.      Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.
c.      Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai anjuran dokter.
d.     Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
e.      Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.


















BAB III
KESIMPULAN


Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

















DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari: http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/. Diakses tanggal 30 januari 2017.
Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar (Combustio).Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 30 januari 2017
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3. Jakarta: EGC.
Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html. Diakses tanggal 30 januari 2017

2 komentar: