KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM DOWN”. Tujuan kami membuat
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas serta
menambah pengetahuan kami tentang keperawatan.
Meskipun kami telah
berusaha segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah kami belum
sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang diberikan akan kami
sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi nilai tambah bagi kami semua yang
memanfaatkannya.
Magelang, 21 Januari 2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak
terjadi pada manusia. Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai 1.0 - 1.2 per
1000 kelahiran dan pada 20 tahun yang laludilaporkan 1,6 per 1000 kelahiran.
Kebanyakan anak dengan sindrom down dilahirkan oleh wanita yang berusia datas
35 tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan angka kejadian
pada orang kulit putih lebih tinggi dari orang hitam (Soetjiningsih). Sumber
lain mengatakan bahwa angka kejadian 1,5 per 1000 kelahiran, ditemukan pada
semua suku dan ras, terdapat pada penderita retardasi mental sekitar 10 %,
secara statistik lebih banyak di lahirkan oleh ibu yang berusia lebih dari 30
tahun, prematur dan pada ibu yang usianya terlalu muda (Staf pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI).
Kejadian sindrom Down dianggarkan pada 1 setiap 800 hingga 1 setiap 1000
kelahiran. Pada 2006, Pusat Kawalan Penyakit (Center for Disease Control)
menganggarkan kadar sehingga 1 setiap 733 kelahiran hidup di Amerika Sarikat.
Sekitar 95% dari penyebab sindrom down adalah kromosom 21. Sindrom Down berlaku
dikalangan semua ethnik dan semua golongan tahap ekonomi. memberi kesan kepada
risiko kehamilan bayi dengan sindrom Down. Pada ibu berusia antara 20 hingga
24, risikonya adalah 1/1490; pada usia 40 risikonya adalah 1/60, dan pada usia
49 risikonya adalah 1/11. Sungguhpun risiko meningkat dengan usia ibu, 80%
kanak-kanak dengan sindrom Down dilahirkan pada wanita bawah usia 35,
menunjukkan kesuburan keseluruhan kumpulan usia tersebut. Selain usia ibu,
tiada faktor risiko lain diketahui (wikipedia melayu).
Penulis mencoba membahas tentang asuhan keperawatan kepada anak dengan down
sindrom ini.
Diharapkan mahasiswa
memahami dan mengerti tentang ciri-ciri penyakit ini, selain itu mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan anak dengan down sindrom.
1.
Apa pengertian Down Syndrom itu?
2.
Apa etiologi dari Down Syndrom ?
3.
Apa Manifestasi klinis Down Syndrom?
4.
Apa patofisiologi Down Syndrom ?
5.
Apa komplikasi dari Down syndrome?
6.
Bagaimana pemeriksaan diagnosis Down Syndrom?
7.
Bagaimana penatalaksanaan nya?
8.
Bagaimana Pencegahannya?
9.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Down Syndrom itu?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
Down syndrome merupakan
kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental.
Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wikipedia indonesia).
Sindroma Down (Trisomi
21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan
mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore).
Sindrom Down adalah
kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom
pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom
(wikipedia melayu).
Anak dengan sindrom down
adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan
yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan
(Soetjiningsih).
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak
pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
·
Non disjunction (pembentukan gametosit)
1. GenetikBersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada
keluarga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko
pada keturunannya.
2. Radiasi
Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
3. InfeksiInfeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum
ada ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
4. AutoimunPenelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang
anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan
antibodi ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
5. Usia ibuUsia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini
disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan
janin, termasuk hormon LH dan FSH.
6. AyahPenelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom
21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
·
Gangguan intragametik yaitu gangguan pada
gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom 21 dan 15.
·
Organisasi nukleus yaitu sintesis protein
yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.
·
Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi
gen janin pada saat dalam kandungan.
·
Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi
uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya
kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita sindroma down
memiliki penampilan yang khas:
1. Bentuk tulang
tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya mendatar
(sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata
(bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat
(lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3. Kepalanya lebih kecil
daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta Leher pendek dan
besar
4. Pada bayi baru lahir
kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan jantung bawaan).
kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan
cepat.
5. Hidungnya datar (Hidung
kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap terjulur serta mulut yang
selalu terbuka.
6. Tangannya pendek dan
lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki satu
garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan
7. Jarak ibu jari kaki
dengan jari kedua lebar
8. Jari kelingking hanya
terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).
9. Telinganya kecil dan
terletak lebih rendah
10. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi
badan rata-rata orang dewasa)
11. Keterbelakangan mental.
12. Hiper fleksibilitas.
13. Bentuk palatum yang
tidak normal
14. Kelemahan otot
Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita
penyakit sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit
sindrom down juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang
berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
“non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. (livingstone,2006).
a. Penyakit Alzheimer’s
(penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
b. Leukimia (penyakit
dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).
Sebanyak 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup
sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada
penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena
leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit
Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun
(William,2002).
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom
down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini,
antara lain:
·
Pemeriksaan fisik penderita
·
Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia
biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom
dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan,
tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk
trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus
(trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
·
Ultrasonograpgy (didapatkan
brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya
melebar)
·
ECG (terdapat kelainan jantung)
·
Echocardiogram untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD.
·
Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical
blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan
penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan
monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
·
Penentuan aspek keturunan
·
Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di
usia diatas 35 tahun keatas
·
Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan
kulit biasanya tampak keriput.
Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang
paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya
penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim
tubuhnya.Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi
yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai
berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Penanganan Secara
Medis
1) Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek
pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia
akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.
2) Pemeriksaan Dini
·
Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
·
Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
·
Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom
down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa
bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga
perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
·
Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk
memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa
(spina servikalis)
b. Pendidikan
1) Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain
bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak
down's syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial.
Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik
untuk mengembangkan diri dan bekerja.
2) Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan
bermain bersama (outdoor) seperti :
a) Cooperative Plaza
untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
b) Mini Zoo dan
Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan tanaman
3) Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak
dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini,
latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau
berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri,
seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat
membentuk perkembangan fisik dan mental.
c. Penyuluhan terhadap
orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang
tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa
orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya
siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya
adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan
anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya
penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik
fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi
tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga
penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang
resiko kehamilan berikutnya.
Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang
pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia
35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena
mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down
Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang
disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma
2 menjadi 3.
b. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang
sangat baik, karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene
targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga
suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom
down dapat di non aktifkan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Lakukan pengkajian Fisik
b. Lakukan pengkajian perkembangan
c. Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang
berkaitan dengan usia ibu atau anak lain mengalami keadaan serupa
d. Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
1) Karakeristik Fisik (Paling sering
terlihat)
a) Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
b) Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura
palpebra serong (mata miring ke atas dan keluar)
c) Hidung kecil dengan batang hidung tertekan
kebawah (hidung sadel)
d) Lidah menjulur kadang berfisura
e) Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak
besar)
f) Palatum berlengkung tinggi
g) Leher pendek tebal
h) Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia
umbilikus)
i) Sendi hiperfleksibel dan lemas
j) Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
k) Garis simian (puncak transversal pada sisi
telapak tangan)
2) Intelegensia
a) Bervariasi dan retardasi hebat sampai
intelegensia normal rendah
b) Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
c) Kelambatan bahasa lebih berat daripada
kelambatan kognitif
3) congenital
(peningkatan insiden)
a) Penyakit jantung congenital (paling umum)
b) Defek lain meliputi:
Agenesis renal, atresia
duodenum, penyakit hiscprung, fistula esophagus, subluksasi pinggul.
Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan
atlantoaksial)
4) Masalah Sensori
(seringkali berhubungan)
a) Kehilangan
pendengaran konduktif (sangat umum)
b) Strabismus
c) Myopia
d) Nistagmus
e) Katarak
f) Konjungtivitis
5) Pertumbuhan dan
perkembangan seksual
a) Pertumbuhan tinggi
badan dan BB menurun, umumnya obesitas
b) Perkembangan seksual
terhambat, tidak lengkap atau keduanya
c) Infertile pada pria,
wanita dapat fertile
d) Penuaan premature uum
terjadi, harapan hidup rendah
2. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia,
peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
2) Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi.
3) Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas
sendi, instabilitas atlantoaksial
4) Kurangnya interaksi sosial anak b/d
keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
5) Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan
anak syndrom down.
3. Rencana Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi
b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti
infeksi pernafasan
Intervensi:
a) Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan
yang baik.
Rasional: Untuk meminimalkan pemajanan
pada organisme infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak
dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Rasional: Untuk mencegah penumpukan
sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Rasional: Untuk mencegah krusta sekresi
dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan
spuit tipe-bulb
Rasional: Karena tulang hidung anak tidak
berkembang menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terhadap imunisasiyang
dianjurkan
Rasional: Untuk mencegah infeksi
f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program
antibiotic bila diinstruksikan
Rasional: Untuk keberhasilan penghilangan
infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten.
2) Perubahan nutrisi
(pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian
makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : kesulitan
pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
Intervensi:
a) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian
makan, bila perlu
Rasional: Untuk menghilangkan mukus
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering:
biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan
Rasional: Karena menghisap dan makan sulit
dilakukan dengan pernapasan mulut
c) Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke
mulut bagian belakang dan samping
Rasional: Karena refleks menelan pada anak
dengan sindrom down kurang baik
d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy
berdasarkan tinggi dan berat badan
Rasional: Memberikan kalori kepada anak
sesuai dengan kebutuhan
e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang
teratur
Rasional: Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah
makananyang spesifik
Rasional: Mengetahui diit yang tepat
3) Risiko tinggi cedera
b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujuan: mengurangi risiko terjadinya
cedera pada pasien dengan sindrom down
Intervensi:
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang
sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan ketahanan
Rasional: Untuk menhindari cedera
b) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam
olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Rasional: Menjauhkan anak dari factor
resiko cedera
c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain
(mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Rasional: Memberikan perawatan yang tepat
d) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda
kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya ketrampilanmotorik
stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi). Untuk mencegah
keterlambatan pengobatan
4) Kurangnya interaksi
sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi
terpenuhi
Intervensi:
a) Motivasi orang tua agar memberi kesempatan
anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi
Rasional: Pertukem anak
tidak semaikin terhambat
b) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Rasional: Kemampuan
berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
5) Defisit pengetahuan
(orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti
tentang perawatan pada anaknya
Intervensi:
a) Berikan motivasi pada orang tua agar memberi
lingkungan yang memadai pada anak
Rasional: lingkungan yang memadai
mendukung anak untuk berkembang
b) Dorong partisipasi orang tua dalam memberi
latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa
Rasional: Kemampuan berbahasa pada anak
akan terlatih
c) Beri motivasi pada orang tua dalam memberi
latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.
Rasional: Aktivitas sehari-hari akan
membantu pertukem anak
4. Evaluasi
1) Diagnosa 1
Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
infeksi atau distress pernafasan
2) Diagnosa 2
a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah
adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian
makanan
c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan
tabel perkembangan
d) Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan
spesialis
3) Diagnosa 3
a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain
dan berolahraga
b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan
dengan aktivitas fisik
4) Diagnosa 4
Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi
dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak
merasa minder
5) Diagnosa 5
a) Keluarga mengetahui tentang perawatan pada
anak dengan Sindrome Down
b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan
anaknya
BAB IV
PENUTUP
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik
salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian,
disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down
adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan
yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan
(Soetjiningsih).
Penyebab yang spesifik
belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko
tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi
translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang perawat
harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan
keperawatan. Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada keluarga
karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut untuk
bisa melakukan perawatan home care.
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L. 2003.
Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC
http://link.cd2000.net/cache/?s=http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/
diakses pada 04-02-2014: 21.00 WIB
http://h-bie2.blogspot.com/2009/02/blog-post.html.
diakses pada 04-05-2010; 21.37 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar